Sunday, January 27, 2008

Perjalanan panjang From Gresik to Surabaya

Kemarin, gue barusan mencatat rekor perjalanan terlama untuk mencapai kantor pusat PT PJb di Ketintang Surabaya dari rumah gue di Gresik. Hari jumat itu gue dapet tugas dinas ke PJB pusat di Surabaya. Seperti biasa kalau ada tugas dinas ke sby, gue berangkat dari rumah naik motor.

Hari itu, gue berangkat jam 6.45 dari rumah. Gue melewati rute biasa, Gresik – JL Tambak langon – JL Kalianak – JL Gadukan Utara – JL Demak – JL Tunjungan – JL Raya Darmo – JL Ahmad Yani – JL Ketintang Baru – Kantor Pusat PJB

Awalnya perjalanan sangat lancar. Hingga pertengahan JL Kalianak, lalu lintas lancar. Truk-truk besar peti kemas yang biasanya melewati jalan ini jarang terlihat. Gue geber motor gue hingga kecepatan 80 km/jam.

Di ujung Jalan Kalianak menjelang Jalan Gadukan Utara, macet mulai menghadang. Seperti yang dilihat di gambar no1, ada sebuah truk hendak melintas Jalan. Gue kira ini cuman macet biasa yang memang sering terjadi di jalan ini. Perjalanan pun mulai melambat. Tapi hingga 2 menit berselang, truk yang melintas itu masih tertahan lama di posisinya, hanya beberapa meter saja bergerak. Gue kira ada halangan di depan sana hingga truk itu jadi sulit melintas.

Iseng, gue pun melihat sekeliling. Mengamati orang-orang yang sama-sama terjebak macet bareng gue.

*Deg* Gue langsung kaget. Motor disekitar gue yang tadinya cuman sepuluhan sekarang sudah bertambah lebih dari lima kali lipat. Dan itu makin lama makin bertambah setiap menitnya.

Lama kelamaan cuaca menjadi sangat tidak bersahabat. Sinar matahari yang terik berpadu dengan gas karbon yang makin banyak membuat hawa menjadi makin panas. Peluh terus bercucuran dari badan gue.

Motor-motor di sekitar gue akhirnya mulai nggak sabar. Mereka merangsek maju kedepan, memenuhi ruas jalur yang harusnya digunakan untuk kendaraan yang akan bergerak ke barat (aku sendiri menuju ke arah timur) seperti yang ditunjukkan gambar nomor 2. Makin lama makin banyak yang bergerak ke jalur tersebut. Perasaan gue pun jadi gak enak.

Perlahan-lahan truk mulai bisa bergerak, hingga akhirnya dia berhasil memasuki jalur jalan. Tetapi ternyata itu tidak memperbaiki keadaan. Kemacetan sudah sangat parah. Ternyata dari arah yang berlawanan, motor-motor disana juga telah merengsek maju ke jalur yang seharusnya digunakan untuk kendaraan yang akan menuju ke arah timur, seperti yang ditunjukkan pada gambar nomor 3.

Kemacetan total pun tak terelakkan. Gue pun bingung dengan keadaan ini. Tidak ada satu jalanpun yang bisa dilewati.

Beberapa pengendara motor yang berada di baris depan (dari arah timur, dan dari arah barat) mencoba saling bernegosiasi. Tetapi situasi tidak berubah, karena memang tidak ada yang mau mengalah.

Setelah lebih dari setengah jam berhenti total, beberapa orang polisi mulai berdatangan. Mereka pun langsung mencoba mencari solusi.

“Telat!!!!“ umpat gue dalam hati. Gue benar-benar kesal sama bapak-bapak polisi ini. Ini semua karena gue tahu, nggak jauh dari tempat macet ini (kira-kira 50 meter) ada kantor polisi.

Kendaraan pun akhirnya mulai bisa bergerak, meski dengan sangat pelan. Gue bisa dilbilang beruntung karena berada di tempat yang tepat. Gue termasuk pengendara yang bisa bergerak lebih dahulu untuk meninggalkan kemacetan. Tapi itupun gak menolong. Meski gue udah ngebut abis begitu lepas dari kemacetan itu, tetap saja gue datang telat. Sampai kantor jam sudah menunjukkan pukul 09.10. Alhasil perjalanan gue ke Surabaya kali ini total makan waktu hampir 2.5 jam. Padahal biasanya cuman 50 menit. So gara2 macet ini, gue harus menempuh perjalanan hampir 3 kali lipat lebih lama

Sampai di kantor gue sudah sangat-sangat lemes.

Kalau diingat-ingat, kejadian macet hari itu sangat mengerikan. Begitu banyak motor bertebaran dijalanan. Ada sekitar lebih dari 200an motor terjebak macet saat itu baik dari sisi barat maupun dari sisi timur.

Gue cuman bisa merenung. Berapa banyak energi yang terbuang sia-sia saat itu. Energi tubuh sang pengendara, Energi bahan bakar minyak. Belum lagi polusi karbon yang tentu saja membuat iklim di bumi menjadi semakin tidak terkendali. Kalau kayak gini terus, kapan kondisi di bumi bisa normal lagi?

Yah gue cuman berharap semoga saja tidak terjadi lagi kejadian seperti ini, meskipun gue tahu itu cuman mimpi, hiks hiks.


0 Comments:

 

Copyright(r) by wongkentir