Wednesday, March 05, 2008

Milanku sayang Milanku malang

Hari ini aku menyebutnya hari berkabung nasional. Mungkin bukan hanya aku saja, tapi Milanisti di seluruh dunia. AC Milan tersingkir dari Liga Champions. Kalah 0 – 2 dari Arsenal yang parahnya terjadi di kandang sendiri, Stadion San Siro. Belum lagi kekalahan itu merusak rekor kandang Milan yang sebelumnya tidak pernah kalah jika bermain lawan tim Inggris.

Kekalahan ini bermakna sangat banyak. Salah satunya kepastian AC Milan mengakhiri musim 2007 / 2008 tanpa gelar. Rasanya sedih banget. Begitu tendangan Cesc mengoyak gawang Kalac di menit 82, badan langsung lemas. Ada rasa pesimis Milan gak bakalan mampu membuat dua gol untuk bisa meloloskan diri ke quarter final. Bukannya apa-apa, tapi jika melihat permainan Milan selama 90 menit di London dan 80 menit di San siro, sangat mustahil jika Milan mampu membuat 2 gol. Satu gol saja sulit.

Dan memang itu yang terjadi. Bahkan Arsenal yang menambah satu lagi gol lewat adek bayor. Lepas sudah gelar Liga Champion sekaligus harapan meraih gelar.

Milan memang bermain sangat buruk musim ini. Di serie A, masih tercecer di peringkat 5 dengan tertinggal 18 poin dari Inter. Di coppa Italy sudah tergusur. Dan sekarang di Piala Eropa pun angkat koper.

Sedih? Pasti. Kecewa? Sangat. Semua Milanisti pasti sedih dan kecewa. Apalagi buat skuad Milan sendiri. Nesta, Seedorf, Kaka, Pirlo, Gattuso dkk pasti masih sedikit tak percaya timnya sudah gugur di babak2 awal. Il capitano Paolo Maldini pun akhirnya harus menerima kenyataan mengakhiri karir dengan pahit.

Sebenarnya kekecewaanku pada Milan sudah dimulai di awal musim ini. Kemenangan di Liga Champion membuat Milan sedikit terlena. Dengan skuad yang makin renta, mereka tidak juga melakukan peremajaan. Hanya Alexander Pato saja yang dibeli. Plus mengambil Alberto Paloschi dari primavera. Selebihnya mereka masih mengandalkan para veteran. Opa berlu dan Bos Galliani percaya bahwa Milan Lab mampu menyulap kereta-kereta tua menjadi kereta ekspress. Memang sih berhasil, tapi kereta ekspresnya cuma bertahan satu babak saja.

Kekecewaan kembali bertambah saat transfer window januari dibuka. Meski tanda-tanda keruntuhan sudah terlihat, tidak ada satu pun pembelian yang dilakukan.

Akhirnya keruntuhan Milan pun terjadi juga.

Tapi jangan terlalu bersedih kawan-kawan Milanisti. Aku melihat ada hikmah besar dari kekalahan ini, yakni perombakan besar. Opa berlu sudah menjanjikannya. Tapi aku berharap Don Carletto tidak diganti. Menang dan kalah itu hal biasa. Jika tahun ini Carletto gagal itu wajar. Salah satu kunci tim yang ingin menguasai sepakbola adalah pelatih tetap. Milan bisa meniru Sir Alex di Man Utd ataupun The Professor di Arsenal.

Buat Roberto Donadoni dan tifosi Azzuri, kekalahan Milan ini juga sangat berarti. Pertandingan untuk Andrea Pirlo, Genaro Gattuso, Massimo Ambrossini, Massimo Oddo dan Pippo Inzaghi jelas berkurang sampai akhir musim. Ini membuat mereka berlima bisa cukup fit untuk persiapan timnas italy di euro 2008 jika dipanggil. Harapan untuk menyandingkan Piala Dunia dan Eropa menjadi sangat terbuka.

Mmmmm, cukup deh bersedihnya. Sekarang saatnya menatap masa depan. Kekalahan kemarin sudah menjadi sejarah dan tidak akan bisa kita putar balik lagi. Lets try again next year

FORZA MILAN

FORZA AZZURI

3 Comments:

Anonymous said...

Ha ha ha.
Makanya, Milan suruh beli pemain. Pemain sudah jompo2 semua gitu. Kayak Arsenal dong..

Bravo Young Gunners

Anonymous said...

Kita balas tahun depan.

Forza Milan!!

Anonymous said...

Arsenal memang hebat. Pastilah mereka hendak champion tahun ini.

Kaka nampak tidak bermaya dengan kehebatan Flamini.

Senjata Arsenal yang meletup di San Siro. Fabregas dan Adebayor kembali menjaringkan gol setelah lama tidak menhasilkan jaringan.

Semua orang gembira. Lihatlah!!

Fabregas is the new Arsenal Legend.

 

Copyright(r) by wongkentir