Kisah ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama dan tempat, sumpah, itu gak disengaja. Mungkin karena kebanyakan baca koran nih…
Suatu hari yang cerah, seorang pria separuh baya terduduk di sebuah bangku taman. Bangku itu terletak di bawah kumpulan pohon yang hijau dan rindang. Suasana begitu nyaman. Angin bertiup sepoi-sepoi menerpa dedaunan. Burung-burung berkicau bersahutan.
Tiba-tiba ada seorang wanita datang menghampiri pria itu. Dia memakai kacamata hitam dan blazer berwarna kecoklatan. Dari gayanya, terlihat wanita itu adalah wanita terhormat. Ketika wanita itu sudah sangat dekat, dia membuka kaca matanya. Tampak di mata sang pria dua buah mata wanita yang indah dengan bulu mata lentik. Bibirnya tersenyum menyungging.
Mereka langsung saling berjabat tangan begitu keduanya sudah saling berhadapan,.
“Selamat Sore menjelang malam, Pak,” sapa wanita itu sambil terus tersenyum.
“Selamat sore Bu.”
Basa-basi dimulai. Setelah 10 menit berlalu, acara inti pun dimulai.
“Ini pak, maksud kedatangan saya kemari itu disuruh ngasih bingkisan, titipan dari Bapak Kapsul.”
“Oh iya!?” Sang pria terkejut. Tepatnya pura-pura terkejut. Meski lulusan Fakultas Keadilan dan tidak pernah mengikuti pelajaran teater, dia terkenal cukup jago berakting.
‘Akhirnya yang kutunggu-tunggu datang juga. Lelet juga nih Kapsul. Janjinya 1 x 24 jam langsung, eh ini telat 24 jam.’ Batin si pria mengumpat.
“Iya Pak. Bingkisan ini sebagai tanda terima kasih Pak Kapsul kepada pak Utege karena telah ‘menyelamatkan’ nyawanya.”
“Ah itu biasa, Bu. Namanya juga manusia, harus salng tolong menolong. Kebetulan saya ahli dibidang itu, jadi saya bisa membantu sekuat tenaga saya. Saya tidak berharap apa-apa kok Bu. Bagi saya cukup gaji dari Negara.” Ceilee, dahsyat banget memang akting si Utege ini.
“Ini ndak seberapa kok Pak. Ini hanya sebagai tanda ‘terima kasih’. Jumlahnya gak banyak kok, karena cuma ini yang bisa Pak Kapsul berikan.”
“Wah, kok saya jadinya malah merepotkan Pak Kapsul,” ujar Utege dengan super duper sopan.
“Nggak repot kok Pak,” ujar sang wanita. “Bapak Kapsul bahkan sangat terkesan sama Pak Utege. Pak Utege berani sekali.”
Wajah Utege memerah malu.
“Ah Ibu A ini bisa aja. Ini mah sudah biasa, Bu. Sudah banyak orang yang ‘tertolong’ karena keahlian saya.”
“Hmmm, saya akui Bapak U sangat lihai dan jenius.”
Wajah Utege makin memerah.
“Terima kasih, Bu.”
“O iya Pak. Bingkisannya saat ini tidak saya bawa karena takut bisa membuat kegemparan publik. Saya tinggal di rumah Bapak Kapsul. Mari kita kesana untuk mengambilnya,”
“Waduh nggak usah Bu. Sungguh. Bagi saya ucapan terima kasih sudah lebih dari cukup,”
‘Ini dia jurus pamungkas. Teknikku paling handal yang selama ini gak pernah meleset. Pura-pura menolak. Aku yakin si wanita ini akan memaksaku menerimanya.’
Si wanita tampak kecewa.
“Pak Utege tidak boleh menolak hadiah ini. Jika menolak, Pak Kapsul akan sangat-sangat kecewa. Bapak nggak mau kan mengecewakan bos saya?”
“Waduh tentu saja nggak mau, Bu. Kalau memang Pak Kapsul memaksa, oke deh,” ujarku sambil tersenyum.
‘Getcha!!! Betul kan apa kataku. Dapet juga duit. Kira-kira dikasih berapa ratus juta ya? Wah bisa beli rumah en mobil baru nih’, teriak batin Utege dengan girang.
Pertemuan di taman itu pun berakhir. Si pria bernama Utege itu mengikuti si wanita.
“Saya pakai mobil pribadi saya aja, Bu. Biar entar gampang pulangnya.”
“Boleh Pak. Silakan.”
Sampai dirumah Kapsul, si wanita langsung masuk ke dalam rumah dan menghilang didalam kemegahannya. Sedangkan Utege dipersilakan duduk di ruang tamu. Selang lima menit kemudian, si wanita itu menampakkan diri lagi. Kali ini bersama beberapa koper dan beberapa orang pria berperawakan besar.
“Ini pak bingkisan dari Pak Kapsul. Semoga bapak sudi menerimanya.” Tanpa komando, wanita itu langsung membuka salah satu koper diikuti dengan pria-pria disampingnya.
Begitu koper dibuka, tampak bertumpuk uang didalamnya. Utege pun terbelalak takjub melihat uang sebanyak itu. Dia memang sering menangani kasus berhubungan dengan uang, tapi gak pernah lihat sebanyak itu. Tapi dia tetap berusaha tenang dan menyembunyikan keterkejutannya.
‘Waduh, uang sebanyak ini berapa ratus juta ya?’ batin Utege.
“Ini enam milyard rupiah Pak.”
“Enam Mlyard!!???!?!?” Kali ini Utege benar-benar tidak sanggup menyembunyikan keterkejutannya. Membayangkan mempunyai uang 1 Milyard aja gak pernah. Lha kali ini ada uang 6 Milyard didepanku.
“Iya Pak. Enam milyard. Ada titipan permintaan maaf dari Pak Kapsul andai saja Pak Utege merasa nominal itu kurang. Hanya ini yang bisa beliau berikan.”
“Wah, cukup Bu. Cukup. Ini sudah lebih dari cukup. Terima kasih, terima kasih,” Utege benar-benar girang.
Wanita itu tersenyum.
‘Bener banget kata Pak Kapsul. Orang-orang ‘pecinta’ keadilan di Indonesia ternyata juga pecinta uang. Dikasih uang segini aja dah girang bukan main. Padahal dia tau duit 6 milyard ini cuma 0.02 persen dari duit Pak Kapsul yg jumlahnya 30 Trilliun. Dasar bego.”
si Wanita lalu menutup kopernya dan lagi-lagi diikuti oleh rekan-rekannya. Setelah itu ia menyerahkan kopernya ke aku.
“Oh ya Pak Utege, agar lebih amannya bapak dan uang ini, saya dan beberapa anak buah saya akan mengantarkan bapak ke rumah. Pak Kapsul yag berpesan pada saya agar uang itu benar-benar sudah sampai ke desa.”
“Waduh terima kasih Bu. Jadi dua kali ngerepotin.”
Mereka pun langsung keluar rumah. Utege menunggu sejenak di teras rumah sebelum akhirnya mobilnya tiba. Di dalam mobil sudah menunggu Wanita itu dan 2 orang pengawalnya.
Mobil itu pun berjalan. Tapi baru beberapa meter, tiba-tiba terjadi penggerebekan terhadap mobil itu oleh sekelompok orang. Pengawal-pengawal si wanita langsung keluar dari mobil dan memberikan perlawanan. Sayang, sekelompok orang ini ternyata sudah siap dengan keadaan ini. Dalam waktu singkat mereka pun berhasil diringkus. Melihat perkembangan keadaan, Utege mencoba untuk keluar mobil dan kabur. Tapi malang, dia ketahuan. Sempat melawan, tapi akhirnya dia menyerah karena orang yang dilawannya jauh lebih kuat. Ditengah-tengah kejadian itu dia memutar otaknya. Memikirkan sebuah alasan darimana uang 6 milyard itu berasal.
Setelah berhasil meringkus orang-orang didalam mobil, sekelompok orang itu lalu menggeledah mobil beserta isinya. Mereka tampak puas ketika menemukan barang bukti beberapa kotak koper berisi uang senilai 6 Milyard.
“Tampaknya kita sudah menemukan bukti kuat sebuah kasus,” ujar salah satu dari sekelompok orang itu.
“Yap. Dan ini tampaknya kasus suap.”
Suara setengah berbisik itu terdengar telinga Utege. Dia pun protes.
“Salah, kalian salah tangkap! Ini bukan kasus suap. Itu uang saya hasil menjual tanah.”
“Lebih baik bapak diam. Itu jual tanah atau suap, saya tidak peduli. Yang penting bapak dan orang-orang ini akan saya bawa ke kantor untuk diproses.”
Sudah, kisahnya selesai. Mau tahu kelanjutannya? Rahasia? Yang pasti, Utege mungkin bakalan jadi orang paling merana di dunia. Belum lagi dia ‘nyicipin’ duit, eh sudah kena razia. Dasar Apes!!!
1 Comment:
BLBI Sur?
Kekekekekekekeke.
Aja-aja ada kamu Sur
Post a Comment