Monday, April 07, 2008

Travelling Ke Kampung Daun, Lembang

Minggu ini aku beruntung banget. Gara-gara nemenin Dewi (yang lagi kerja praktek di Bogor) ke rumah saudaranya di daerah Tambun, Bekasi, akhirnya diajak jalan-jalan sekalian ke Lembang. Mereka pingin ke tempat yang namanya kampung daun.

Kalau dilihat dari alasan kenapa mereka berniat traveling kesana, ternyata alasan klasik orang Jakarta, “cari suasana baru”. Dan ternyata itu sudah menjadi kebiasaan mereka setiap hari minggu menghabiskan waktu ke tempat-tempat rekreasi seperti Bogor, Puncak, Bandung dll. Kalau dulu aku hanya bisa membayangkan bagaimana kehidupan keluarga-keluarga kaya Jakarta yang setiap weekend dihabiskan di luar kota, sekarang aku melihat langsung dengan mata kepala sendiri.

Beberapa menit menjelang keberangkatan, baru ketahuan kalau ternyata mereka belum pernah ke Kampung Daun sebelumnya. Sehingga aku yang sudah terlanjur menjawab “iya” waktu ditanya, “Sudah pernah ke kampung daun, Sur?” langsung didaulat jadi navigator. Aku nyaris pingsan dibuatnya. Aku memang pernah kesana waktu survey Family Gathering dulu. Tapi waktu itu aku cuman ngikut aja kemana mobil berjalan tanpa tau jalannya. Cuman dulu aku sempat denger salah seorang dari rombongan surveyor bilang “Keluar Tol Pasteur”, akhirnya kata-kata itu yang kujadikan pegangan. Entar setelah keluar tol mau ngapain, itu urusan belakangan. Bisa nanyak2. Bukankan pepatah mengajarkan, Malu bertanya, jangan bertanya.

Tidak seperti biasanya, ternyata feelingku memang benar-benar terpercaya. Setelah keluar Pasteur, perjalanan menjadi mudah. Aku langsung teringat semuanya. Setelah berjalan lurus melewati lampu merah pertama, mobil langsung kunavigasikan untuk ambil jalan kiri menuju ke arah setiabudi. Setelah itu lurus terus melewati Mal Paris Van Java dan Universitas Pendidikan Indonesia alias UPI (kata Alan plesetannya Universitas Padahal IKIP. Usil banget yakzzz, he he he).

Setelah melewati UPI, tepatnya didepan terminal Ledeng, tampak Papan besar bertuliskan Kampung Daun sekaligus penunjuk arahnya. Mobil pun berbelok menuju tanda panah sekaligus masuk ke arah JL Sersan Bajuri. Dari JL Sersan Bajuri, aku tinggal ikuti penunjuk arah yang banyak tersebar di jalan. Aku membaca setiap penunjuk arah dengan seksama dan hati-hati karena Kampung Daun letaknya berada didalam komplek perumahan.

Setelah menempuh sekitar 5 km dari ujung jalan Sersan Bajuri, mobilpun akhirnya sampai juga di Kampung Daun.

Suasana di Kampung Daun ini memang cukup sejuk. Terdapat puluhan saung mulai dari kapasitas untuk 4 orang hingga untuk rombongan besar sekitar 25 orang. Disana juga terdapat jembatan kayu dengan jeram kecil mengalir dibawahnya. Bagi orang kota yang menginginkan suasana segar dan alami, tempat ini memang cocok.

Ketika kami datang pukul 10.30, suasana masih sepi. Kampung daunnya sendiri sebenarnya belum resmi buka. Makanan pun baru bisa dipesan jam 11 siang. Untuk mengisi waktu, kami pun bernarsis ria di depan kamera sampek puas.

Menjelang tengah hari, suasana sudah sangat ramai. Hampir semua saung sudah berpenghuni. Kami pun memutuskan untuk menyudahi sesi pemotretan.

Akhirnya tibalah saatnya makan siang. Kami memesan 2 gurami goreng dan 1 gurami bakar serta beberapa porsi ayam bakar dan nasi goreng. Tetapi ternyata rasa dari masakan-masakan ini tidak sesuai ekspektasiku. Bukan hanya aku ternyata, tetapi hampir seluruh anggota rombongan. Gurami gorengnya kurang gurih, sedangkan gurami bakarnya kurang sedap. Pilihan rasanya pun kurang. Tidak ada bumbu asam manis maupun bumbu pedas.

Setelah makan, kami pun beristirahat, menghabiskan waktu di saung. Dasar memang keluarga ini niatnya cari suasana, bukannya pindah makan. Jadinya habis makan mereka bukannya langsung pulang, tapi malah berlama-lama di Saung. Ketika saung lain sudah berganti dua hingga tiga kali penghuni, saung kami masih berpenghuni tetap. Kelihatannya pengelolanya geram kali ya sama rombonganku. Tapi apa mau dikata, customer adalah raja, kekekekekekekeke.

Tapi mereka juga tahu diri. Sesekali mereka memesan beberapa makanan kecil dan minuman penghangat buat camilan mulai dari batagor, sekoteng, bajigur, siomay hingga pisang goreng.

Untunglah akhirnya jam 15.30, mereka merasa sudah puas beristirahatnya. Kami pun pulang. Dan acara traveling hari ini berakhir sudah.


0 Comments:

 

Copyright(r) by wongkentir