Cukup lama juga tidak menulis lagi tentang ketenagalistrikan. Mungkin bagi para pembaca setia blogku yang suka dengan rubrik-rubrik ketenagalistrikan jadi rindu akan tulisanku (cieee, emang ada yang mau baca blogku ya. Sebelumnya terima kasih banyak bagi teman-teman blogger semua yang berkunjung kemari). Oke, untuk mengobati rasa rindu, aku akan menulis lagi tentang ketenagalistrikan.
Tapi jika menginginkan tulisan yang bernuansa teknik, mungkin agak sedikit kecewa, karena tulisan kali ini bercerita tentang Parameter Penilaian Sebuah Pembangkit di Indonesia. Tapi tidak ada salahnya
Di Indonesia ada dua parameter utama untuk mengetahui baik buruknya kinerja sebuah unit pembangkit, yakni EAF dan Nilai Efisiensi Pembangkit. Penjelasan keduanya akan dibahas berikut ini.
EAF (Equivalent Availability Factor)
EAF adalah faktor kesiapan unit pembangkit. Nilai EAF berupa perbandingan yang didapat dari kesiapan pembangkit untuk beroperasi (baik dalam kondisi stand by ataupun operasi) dibagi terhadap waktu.
Lebih detailnya lihat rumus berikut ini.
EAF = (Plant Hour (PH) – Plant Outage (Pembangkit tidak beroperasi) – Dereating (Penurunan kemampuan operasi)) / PH * 100%
Penjelasan:
Plant Hour adalah jumlah jam yang seharusnya bisa digunakan pembangkit untuk beroperasi. Karena pembangkit listrik bekerja penuh 24 jam nonstop, maka Nilai Plant Hour dari semua pembangkit listrik adalah sama 24 x 365 (jumlah hari dalam satu tahun) = 8760. Jika pembangkit tersebut mempunyai EAF 100 % artinya
Lalu Apakah Outage itu. Outage adalah kondisi saat pembangkit tidak beroperasi. Outage disebabkan bermacam-macam. Ada Plant Outage atau Outage yang memang sudah direncanakan. Dalam setiap tahun pembangkit akan selalu mengalami Plant Outage yang biasanya disebut Over Haul. Lalu ada lagi Maintenance Outage. Outage jenis ini disebabkan karena pekerjaan maintenance yang urgent dan harus dilakukan saat unit stop. Karena urgent itulah biasanya unit terpaksa di stop dulu beberapa jam untuk memberi kesempatan teknisi pemeliharaan melakukan pekerjaannya. Dan jenis Outage yang terakhir adalah Forced Outage. Outage jenis ini adalah Outage yang tidak diharapkan. Outage ini disebabkan adanya gangguan dari luar sehingga menyebabkan unit stop.
Sedangkan arti dereating adalah penurunan kemampuan unit pembangkit karena gangguan. Misalnya PLTU Muara Karang Unit 4 dengan kapasitas 200 MW hanya bisa memproduksi listrik maksimal 165 MW. Itu artinya Unit 4 tsb mengalami dereating sebesar 35 MW.
Di Indonesia, fungsi EAF tidak hanya sebagai salah satu parameter utama baik buruknya kinerja tetapi juga berkontribusi sebagai salah satu sumber pendapatan Unit Pembangkit itu sendiri. Hal ini disebabkan sistem kelistrikan di
Jadi intinya, meskipun pembangkit tersebut dalam keadaan stand by (tidak beroperasi tetapi tidak dalam kondisi Outage), pembangkit tersebut sudah dibayar. Kalau Tanya jumlah duitnya, saya gak tau, he he he.
Nilai Effisiensi Pembangkit
Nilai Efisiensi pembangkit adalah ukuran untuk mengetahui seberapa efisienkah Unit Pembangkit tersebut dalam menghasilkan energi.
Pada Pembangkit Thermal berbahan bakar seperti PLTU, PLTG, PLTD nilai efisiensi utama pembangkit biasanya dihitung dari nilai NPHR atau Nett Plant Heat Rate. NPHR adalah perhitungan jumlah kalor / panas yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 KWh listrik. Jumlah kalori ini dihitung dari jumlah pemakaian bahan bakar. Semakin besar nilai NPHR, berarti semakin buruk kinerja dari pembangkit tersebut.
Sedangkan untuk pembangkit thermal tidak berbahan bakar seperti PLTP, aku belum tahu pasti bagaimana cara menghitung efisiensinya karena belum pernah berkunjung dan mengetahui secara pasti kinerja unit pembangkit geothermal ini.
Untuk Pembangkit berbahan bakar tergantikan dari alam seperti PLTA, PLTB dll, sebenarnya hampir tidak ada efisiensi pembangkit disana karena bahan
Yah itulah satu lagi sekelumit kisah dari Unit
7 Comments:
Nice blog, Lets save energy!
Sngt mnrk mas..blh lbh th ttng pltu
indriee said :
sy mau tany nich
ap efisiensi desalination plant sama aj cra krjanya dengan efisiensi PLTU?
Setahu saya pada rumusan EAF itu ada variabel PH, dimana PH harusnya Periodic Hours bukan Plant Hours
kemudian ada beberapa indikator lainnya selain EAF dan Eff. Yaitu EFOR (% Gangguan), SOF (% pemeliharaan, SdOF (jumlah kali gangguan/unit)
jadi kesimpulannya
EAF = 1 - EFOR - SOF
sedangkan SdOF itu jumlah kali gangguan
penjelasannya sangat simpel tapi terima kasih sudah berbagi.
mungkin yg perlu sedikit di koreksi adalah tentang penulisan PO yg artinya = Planned Outage dan penulisan Derating.
Bagaimana bisa itu ph dikurangi derating? Beda satuan om..
mantap pak Surya
Post a Comment