Monday, April 07, 2008

Medical Check Up [Hari ke 1]

Gak kerasa tes pengangkatan PJB sudah tinggal hitungan hari lagi. Si demam tampaknya sudah mulai melancarkan serangannya ke sekujur tubuhku hingga membuat panas dingin. Seluruh rangkaian tes pengangkatan dimulai hari ini, Senin (7/4/2008) ini dengan tes kesehatan. Angkatan kami yang tinggal berlima, Aku, Boombox, Mumun, Samsul dan Bang Novi, berangkat bareng2 dari kantor jam 9 pagi. Perjalanan satu jam lamanya menuju RSCM di Salemba. Tidak ada peristiwa berarti di perjalanan kecuali Samsul yang mengeluh karena sempitnya tempat duduknya dan perutnya yang mual.

Sesampainya di sana, kami langsung bergegas masuk ke Rumah Sakit. Berbekal kemampuan olah kata dan olah tubuh Mumun, sang bendahara merangkap ketua regu dan bapak rumah tangga, kami akhirnya berhasil mencapai ruangan MKP (Sori, aku lupa singkatannya). Sampai disana kami sudah disambut rombongan angkatan kami yang di Muara Tawar yakni Habib, Rima, Winda dan Vani. Rima langsung teriak histeris. Seperti itu memang kebiasaannya kalau ketemu teman lama. Setelah itu semuanya salaman. Begitu suasana kangen-kangenan mereda, Rima mengendap-endap ke arahku. Setelah jaraknya sudah cukup dekat denganku, terjadilah percakapan dengan sedikit berbisik.

Rima (R) : Sur, kamu datang sama angkatan berapa?

Surya (S) : (Menatap Rima dengan pandangan super duper heran. Lalu kemudian menatap Boombox, Novi, Samsul dan Mumun. Memastikan kalau aku nggak salah bawa orang) Angkatan sebelas semuanya. Emangnya kenapa?

R : Masak sih? Kok aku ada yang gak familiar ya wajahnya?

S : (Lagi-lagi, aku menatap keempat mahkluk liar dari Muara Karang. Kali ini dengan pandangan yang lebih tajam agar benar-benar yakin kalau gak salah comot tadi) Gak Familiar?

S dalam hati : Emang sih pembangkit punya radiasi yang gak kelihat. Tapi masa hanya dalam waktu kurang dari dua tahun wajah mereka berubah drastis?

R : (Mengangguk)

S : Yang kamu gak kenal yang mana? Aku tunjuk satu-satu ya, lalu kamu sebutin nama.

R : Aku taunya Kamu, Mumun sama Boombox

Dieng… dasar nasibmu Sul, Nov….

Setelah itu MTW ganks cabut dari ruangan MKP untuk tes rontgen.

Kami berlima lalu diberi dua lembar kertas untuk diisi yang dilanjut dengan pengambilan sample urin dan darah. Selesai mengisi formulir, Mumun dan Boombox melesat duluan ke kamar mandi. Setelah itu giliran Aku, Samsul dan Novi. Sampai pada saat pengambilan sampel Samsul, tidak ada kejadian berarti. Ketika giliran Novi, terdengar teriakan melolong dari kamar mandi.

“Aduh, pipisnya kelebihan.”

Terus begitu Novi keluar dari kamar mandi, aku dan samsul yang menenteng botol sampel urin di tangan takjub melihat kedua tangan Novi yang kosong.

“Nov, kamu taruh mana pipismu?”

Dengan bangga dia menepuk kantong bajunya.

Aku langsung mual dibuatnya.

Setelah urin, lalu darah. Mumun, Boombox dan Aku diambil darahnya dengan sukses. Ketika giliran samsul, susternya jadi grogi. Mungkin kagum melihat kegantengan Samsul yang memang hanya sedikit saja orang yang tau. Kami berempat termasuk mahkluk yang tidak bisa melihat kegantengan samsul baik dari sedotan sekalipun. Akibat grogi itu, Tangan samsul pun jadi korban. Hingga dua tusukan di siku kiri ditambah satu tusukan di siku kanan, darah samsul tak mau keluar. Mungkinkah Samsul juga grogi karena kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit si suster? Gak ada yang tahu kecuali samsul. Baru di tusukan keempat, darah akhirnya mengucur. Novi yang menjadi satu-satunya yang belum disuntik jadi nervous melihat peristiwa yang dialami Samsul. Berkali-kali dia menghirup minyak angin cap kapak untuk menghilangkan nervousnya.

Giliran Novi….

Suster pun berganti. Suster yang lama tampaknya frustasi setelah gagal mengambil darah Samsul dengan sukses sekali tusuk. Harusnya kabar baik bagi Novi. Tapi ternyata tidak. Sejak mengambil duduk di bangku suntik, mendadak wajahnya memucat. Pandangannya menatap kosong ke arah tumpukan botol urin sambil sesekali menghirup minyak kapak andalannya. Sang Suster tampaknya menyadari kenervousan si Novi. Sambil menyeka dan mengeringkan siku Novi, sang suster mengajaknya ngobrol.

“Dari kantor tadi berangkat jam berapa, Mas?”

Tidak ada jawaban dari Novi. Wajahnya masih pucat. Bibirnya pun mulai memutih.

Sang Suster mulai mengambil jarum suntik baru, membuka bungkusnya dan melepas menutup jarumnya. Jarum itu sekarang sudah terhunus didepan siku Novi.

“Tadi kesininya naik apa, Mas?” tanya si suster sambil mulai menyuntik.

Masih tidak ada jawaban dari Novi. Kami pun mulai bereaksi. Ketawa paling keras datang dari Boombox. Dia bahkan sampai berguling-guling di lantai hingga menimbulkan gempa lokal. Samsul pun ikut ketawa dan sedikit bisa melupakan empat tusukan di sikunya. “Ealah Nov, dasar Nak-kanak children,” dengan logat sok madura.

Bahkan sampai ketika Suster mencabut jarumnya dan acara pengambilan darah sudah selesai, Novi masih tetap terdiam tanpa ekspresi.

Acara di ruang MKP pun selesai. Kami cabut menuju ruang radiology untuk rontgen. Gak ada lagi peristiwa menarik kecuali calon dokter bernama Ervita yang diincar Mumun (Pantesan ni anak disuruh duduk di ruang tunggu gak mau. Malah milih berdiri ria di depan loket) serta bertatap muka langsung dengan Tompi (sayang Tompinya gak sempat digebukin buat diajak poto bareng karena keburu ngacir)

Oke, habis foto, langsung balik kantor dan kejebak macet. Yah biasalah, namanya juga Jakarta. Acara med check ini dilanjut besok selasa (8/4/2008). Semoga bisa ketemu artis lagi. Yah siapa tau tiba-tiba Sandra Dewi atau Dian Sastro kesasar di RSCM.

0 Comments:

 

Copyright(r) by wongkentir