Saturday, April 11, 2009

Reuni GW 28 Part 1, Bebek Penyet, Cak To

GW 28 adalah sebuah singkatan dari Gebang Wetan No. 28. Itu adalah alamat sebuah rumah kontrakan di sekitar bilangan Gebang (halah bilangan Gebang, kayak di Jakarta aja, he he he), Sukolilo Surabaya. Sebuah daerah yang dipenuhi oleh para perantau yang lagi menuntut ilmu di ITS.

Di rumah itulah aku, bersama Arief, Hendro, Rendra, Imron, Hakim serta Dedy dan Luckham pernah tinggal bersama. Menghabiskan masa 5 tahun kuliah bersama.

Banyak kisah di rumah itu. Suka, duka, Religi, Mistis, Konyol, Asmara semua pernah terjadi di rumah itu. (Untuk Asmara, jangan di salah artikan bahwa beberapa dari kami pernah menjalin hubungan lho ya. Jeruk makan jeruk donk :D)

Tadi malam (10/11/2009) beberapa dari kami berkumpul kembali untuk mengenang masa-masa itu. Aku, Rendra, Hendro dan Arief.

Berempat, kami melakukan perjalanan reuni tadi malam dengan mobil Rendra yang super dahsyat. Perjalanan start ba’da Isya’ dari rumah Rendra. Dan formasi lengkap setelah menjemputku dan Arief.

Perjalanan di mulai dengan makan malam. Awalnya pingin makan Pecel di Pucang. Tapi karena Rendra keberatan makan pecel malam-malam, jadinya kami makan nasi Bebek di warung Bebek Penyet di JL Walikota Mustajab.

Bebeknya.. hmm.. maknyus juragan. Mangstabs. Empuk banget. Tapi ya itu tadi.. awas asam urat!! Seperti biasa, Rendra kalau makan tidak meninggalkan sisa apapun, termasuk tulang bebeknya di embat juga. (Piss Ren)

Setelah puas “Ciak”, perjalanan dilanjutkan. Menyusuri jalanan walikota mustajab, lalu melewati kampus A Unair dan berbelok kanan melewati JL Karang Menjangan a.k.a Karmen. Reflek ku lihat arlojiku ketka melewati JL Karmen ini. Tepat pukul 9 malam lewat 15 menit.

Sekejap kemudian kisah dan kenangan beberapa tahun yang lalu serasa berloncatan dari kepalaku. Beberapa tahun yang lalu, di jam-jam seperti sekarang ini, aku hampir tiap hari melewati jalanan ini. Menemui seseorang. Menghabiskan banyak waktu. Menceritakan banyak kisah. Tertawa bersama. Meski terkadang ada riak-riak kecil yang membuat beberapa malam serasa sunyi. Ingin rasanya mengulangi kembali semuanya. Dan Insha Allah aku bisa mengulangi semuanya itu.

Tidak banyak yang berubah dari jalan ini. Masih banyak pedagang tempe penyet berjajar dan bersaing untuk mencari rejeki. Pasar di sisi timur jalan juga masih ramai. Disitu ada salah satu pedagang mie goreng langgananku.

Perjalanan terus berlanjut. Hingga akhirnya sampailah kami pada kampus ITS. Kampusku tercinta, tempat aku menuntut ilmu sarjana. Kangen juga lihat kampus. Sudah 3 tahun aku tidak pernah mampir kemari. Sesaat terlihat tidak ada perubahan pada bunderan kampus ini, sebelum aku menyadari bahwa tugu ITS sudah tidak ada lagi. Kapan ya dibongkarnya?

Foto-foto bentar ah disini. Narsis bentar.

Lalu kami melanjutkan perjalan menuju daerah Gebang lor dan kemudian belok kiri ke arah Gebang Wetan. Ketika melewati Gebang Wetan No. 28, Rendra sedikit melambatkan kecepatan mobilnya. Serentak kami semua menatap sebuah rumah mungil ukuran sekitar 4 x 8 m yang terpampang di depan mata kami. Rasa kangen pun membuncah. Ingin rasanya masuk dan sekedar menginap semalam di rumah itu lagi. Menikmati lagi sebuah malam di rumah yang sudah kuanggap seperti rumah keduaku.

Selepas melewati GW 28, kami langsung tancap gas menuju daerah sekitar RSJ Menur Surabaya. Bukan berniat untuk berobat lho ya. Tapi untuk mengunjungi salah satu warung kopi langganan kami semasa kuliah dulu. Warung Cak To.

Awalnya kami mengharapkan suasana jalanan menur yang sepi seperti dulu. Tetapi malam itu disana sangat ramai. Ternyata ada balapan drag race motor disana. Wuih.. tontonan asyik nih.

Beberapa kali main ke Cak To ketika kuliah dulu, belum pernah kami menemui balapan liar, dan baru sekarang ini menemui. Aku tidak bisa menceritakan banyak hal tentang balapan karena gak kompeten di bidang itu. Rendra dan Hendro yang bersemangat sekali menonton, meski sesekali ada rasa takut kalau sewaktu-waktu ada razia. Kalau razia orang jelek sih gpp, Insha Allah aku lolos.. wakssss… he he he

Pukul 12 tepat, kami cabut dari jalanan Menur. Meninggalkan riuh dan gegap gempitanya perlombaan yang masih terus berjalan entah sampai jam berapa.

Kami pulang dengan meninggalkan banyak kenangan. Cepat atau lambat, kami pasti akan mengulangi perjalanan ini. Bahkan mungkin bisa tiap minggu, karena Rendra sudah memberi garansi mobilnya bisa dipakai sewaktu-waktu.

Thanks Ren, Lep, Ndro atas kisahnya tadi malam. Kelihatannya kalau lebih banyak teman lebih asyik ya…

0 Comments:

 

Copyright(r) by wongkentir