Saat ke
“Pokoknya asyik deh Pak, Bu,“ gitu aja jawaban gue sambil bercanda. Lha harus gimana lagi gue ngejawabnya. Kesana aja belum pernah. Gimana gue bisa nggambarin keadaan disana. Gue cuman berharap, semoga disana benar-benar ada kejutan yang bisa bikin mereka gak nyesel datang kemari.
Dan begitu acara di Mang Udjo yang berdurasi selama 2 jam berakhir, harapan gue bukan hanya terkabul, tapi super-super terkabul. Bukan cuma satu, dua kejutan yang gue dan penonton yang lain dapat, tetapi berkali-kali, hingga rasanya benar-benar sangat puas. Lebih puas lagi ketika orang-orang yang tadinya dah antipati akhirnya jadi ikutan seneng.
Acara di sana diawali dengan pertunjukan wayang golek. Eh, ternyata acara yang sering gue lewatin waktu ditayangin di tipi itu benar-benar menarik. Banyak penonton yang ketawa ngelihatnya. Terutama waktu si cepot beraksi. Wah seru banget deh pokoknya.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan kirab seorang anak kecil yang diangkat dengan tandu oleh beberapa orang dewasa. Dibelakangnya, mengekor berpuluh-puluh anak-anak kecil yang bermain-main dengan ceria. Ada yang main egrang, menari-nari hingga mainan angklung. Sempet ketawa waktu ada celetukan dari belakang, “Lho-lho, anak kecilnya banyak banget. Anak siapa aja ya?“
Suasana pun jadi lebih ceria, ketika anak kecil yang dikirab itu turun dari tandunya dan ikut berjoget-joget. Banyak yang gemes dengan tingkah laku anak kecil yang menurut perkiraan gue masih berusia sekitar 2 tahun itu. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha untuk mencolek dan mencubit saat anak kecil itu mendekat ke penonton.
Kemudian acara dilanjutkan dengan permainan angklung dari puluhan anak-anak didik junior saung angklung udjo. Usia mereka berkisar antara 2 hingga 10 tahun. Mereka memainkan medley lagu-lagu daerah nusantara mulai dari Bungong Joempa, Jali-jali, hingga Yamko rambek yamko. Kali ini bukan hanya decak kagum yang keluar dari mulut para penonton, tetapi ada juga yang gue liat sampai meneteskan air mata. Beberapa dari mereka terharu atas semua yang ditontonnya ini.
Puncak acara adalah saat semua penonton yang ada dipanggung dipinjami masing-masing satu angklung yang sudah ditempel angka yang nunjukin tangga nada dari angklung tersebut. Dan dengan bantuan dirigen salah seorang putera dari almarhum Mang Udjo, pendiri Saung Angklung Udjo ini, gue dan para penonton semua memainkan beberapa buah lagu. Mulai dari lagu
Gue benar-benar larut dalam kebahagiaan dan terharu. Apalagi ketika sang dirigen berulang kali menyerukan kalimay, “Kita harus menjaga angklung ini dari klaim negeri tetangga, Malaysia. Kita harus melestarikan kebudayaan kita ini dan membuktikan pada dunia bahwa Angklung is Indonesia“
Ya benar, kita harus menyelamatkan alat musik yang sederhana tapi hebat ini dari tangan orang lain. Kalau bukan kita sendiri, siapa lagi....
Acara ditutup dengan pertunjukkan orkestra Angklung oleh beberapa murid-murid saung Udjo yang sudah senior. Ternyata hanya dengan angklung, bisa dihasilkan melodi yang luar biasa indahnya. Gak kalah deh sama orkestranya Addie MS ataupun Dwiki Dharmawan. Ck ck... keren banget. Dan itu bukan gue aja yang ngerasa. Begitu acara selesai, banyak yang menyalami Pak Sunoto selaku ketua panitia acara ini. Mereka
Satu lagi dari Bandung yang tidak bisa kita lupakan selain FO dan wisata belanjanya. Disini kita punya kesenian daerah yang luar biasa hebatnya. Angklung. Dan untuk melestarikannya bukan hanya tanggung jawab Saung Udjo, tetapi gue dan elo-elo semua.
Come on Guys, we save angklung and show to the world that Angklung is from Indonesia
0 Comments:
Post a Comment