Mungkin tulisan ini lagi hot-hotnya sekarang. Beberapa hari lagi, di Bali, para pemimpin negara di seluruh dunia akan berkumpul untuk membahas masalah ini. Tapi bukan itu yang menyebabkan gue pingin banget nulis ini. Tapi karena bencana banjir air laut pasang yang melanda jakarta utara beberapa hari kemarin, yang notabene juga menenggelamkan sebagian kantorku serta rumah senior2ku di kantor yang sebagian besar bermukim di perumahan pln muara karang.
Bencana memang tidak dapat diprediksi. Cuaca pagi itu sebenarnya cukup cerah. Bahkan matahari bersinar begitu terik. Tapi tiba-tiba saja salah satu tanggul penahan air laut yang terletak di perumahan warga mendadak jebol. Bisa dibayangkan, air laut segera mengalir membanjiri seluruh komplek. Alirannya tidak akan berhenti sebelum permukaan air yang ada di komplek rata dengan yang ada di laut (begitu kan sifat air).
Dari foto yang terpajang di tulisan ini bisa dilihat kondisi perumahan warga disaat kejadian itu terjadi.
Kondisi yang tentu membuat panik para pegawai senior2ku - termasuk manajerku - yang saat itu tengah sibuk dengan pekerjaannya. Mereka segera bergegas pulang untuk dapat membantu keluarganya yang ada di rumah menyelematkan sebagian dari barang2 yang bisa diselamatkan. Tapi mereka tidak bisa serta merta segera sampai di rumah. Kondisi banjir air laut, membuat mereka semua berpikir dua kali untuk mencapai rumah dengan kendaraan bermotor. Tahu ndiri kan, air laut sangat korosif.
Kejadian ini membuatku berpikir. Bagaimana mungkin seorang developer membangun unit pembangkit listrik dan perumahan warganya dengan letak hampir selevel dengan permukaan laut. Jadi bisa dibayangkan ketika air laut pasang dan tanggul tidak kuat menahan, maka pasti akan terjadi banjir.
Aku pun sempat menanyakan hal ini pada pegawai senior disana, dan jawabannya cukup mencengangkan. "Saat unit ini dibangun sekitar 28 tahun yang lalu (sekitar th 1979), letaknya sudah diukur dan ditinggikan hingga mencapai 2 m diatas permukaan laut."
Jadi intinya sejak tahun 1979 hingga 2007 sekarang, air laut telah naik sekitar 2 meter lebih. Ternyata efek rumah kaca seperti yang sering kudengar sejak SMP sudah terjadi. Bahkan baru-baru ini aku baca di koran, kenaikan permukaan air laut menjadi cepat sejak abad 21. Polusi sudah diambang batas dan lapisan ozone sudah semakin menipis menjadi penyebab utama mencairnya gunung-gunung es di kutub, yang pastinya membuat kuantitas air laut bertambah.
Kalau sudah begini, orang-orang pada saling nyalahin. "Elu sih buang sampah sembarangan", "Elu sih, sukanya naik mobil pribadi", "Elu sih pake motor 2 tak" dll. Menurut gue sih, jaman sekarang dah gak bisa saling nyalahin, karena ini memang sebuah akumulasi akibat dari apa yang telah kita lakukan.
Jangan melulu menyalahkan para orang kaya yang suka bermacet-macet ria dijalanan hingga menimbulkan polusi dan membuang begitu banyak energi minyak, jangan pula selalu menyalahkan pemerintah yang dinilai lamban mengatasi masalah2 seperti ini. Tapi coba dimulai dari diri kita sendiri. Janganlah menjadi generasi yang bisanya cuma saling tuding dan nyalahin orang lain. Mulailah dari diri kita, dari yang terkecil.
Coba kita cek perilaku kita sehari-hari dirumah. Menonton tv misalnya. Kadang di rumah, kita punya banyak sekali tv. Bahkan mungkin tiap2 anggota keluarga punya tv sendiri lengkap dengan home theathre, sound dll. Mungkin kita berpikir, "TV tidak berpolusi kan?". Tapi bisa dibayangkan berapa energi listrik yang terbuang dengan perilaku seperti itu.
Di Indonesia, listrik kebanyakan dibangkitkan dengan bahan bakar fosil (minyak dan batubara) yang mana
keduanya memiliki zat pencemar yang berbahaya, yang tidak hanya bisa menimbulkan polusi, tapi juga efek rumah kaca, yakni karbon dan sulfur.
Jadi jangan mengira, nonton tv tidak berpolusi, menyalakan mesin cuci tidak berpolusi. Bahkan pemborosan listrik tidak hanya berakibat polusi saja, tetapi juga membuat kita kehilangan banyak bbm yang stoknya makin menipis. Ingat, bbm itu bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak cucu kita....
Memang benar, segala kerusakan di dunia ini adalah karena ulah tangan manusia...
Global Warming sudah terjadi dan tengah terjadi..... Semoga saja bapak SBY dan para pemimpin dunia menyadarinya dan pertemuan di Bali besok bukan hanya ajang untuk reuni atau makan-makan, tapi ada hasil konkretnya..
Be Green and Peace for our Earth
Bencana memang tidak dapat diprediksi. Cuaca pagi itu sebenarnya cukup cerah. Bahkan matahari bersinar begitu terik. Tapi tiba-tiba saja salah satu tanggul penahan air laut yang terletak di perumahan warga mendadak jebol. Bisa dibayangkan, air laut segera mengalir membanjiri seluruh komplek. Alirannya tidak akan berhenti sebelum permukaan air yang ada di komplek rata dengan yang ada di laut (begitu kan sifat air).
Dari foto yang terpajang di tulisan ini bisa dilihat kondisi perumahan warga disaat kejadian itu terjadi.
Kondisi yang tentu membuat panik para pegawai senior2ku - termasuk manajerku - yang saat itu tengah sibuk dengan pekerjaannya. Mereka segera bergegas pulang untuk dapat membantu keluarganya yang ada di rumah menyelematkan sebagian dari barang2 yang bisa diselamatkan. Tapi mereka tidak bisa serta merta segera sampai di rumah. Kondisi banjir air laut, membuat mereka semua berpikir dua kali untuk mencapai rumah dengan kendaraan bermotor. Tahu ndiri kan, air laut sangat korosif.
Kejadian ini membuatku berpikir. Bagaimana mungkin seorang developer membangun unit pembangkit listrik dan perumahan warganya dengan letak hampir selevel dengan permukaan laut. Jadi bisa dibayangkan ketika air laut pasang dan tanggul tidak kuat menahan, maka pasti akan terjadi banjir.
Aku pun sempat menanyakan hal ini pada pegawai senior disana, dan jawabannya cukup mencengangkan. "Saat unit ini dibangun sekitar 28 tahun yang lalu (sekitar th 1979), letaknya sudah diukur dan ditinggikan hingga mencapai 2 m diatas permukaan laut."
Jadi intinya sejak tahun 1979 hingga 2007 sekarang, air laut telah naik sekitar 2 meter lebih. Ternyata efek rumah kaca seperti yang sering kudengar sejak SMP sudah terjadi. Bahkan baru-baru ini aku baca di koran, kenaikan permukaan air laut menjadi cepat sejak abad 21. Polusi sudah diambang batas dan lapisan ozone sudah semakin menipis menjadi penyebab utama mencairnya gunung-gunung es di kutub, yang pastinya membuat kuantitas air laut bertambah.
Kalau sudah begini, orang-orang pada saling nyalahin. "Elu sih buang sampah sembarangan", "Elu sih, sukanya naik mobil pribadi", "Elu sih pake motor 2 tak" dll. Menurut gue sih, jaman sekarang dah gak bisa saling nyalahin, karena ini memang sebuah akumulasi akibat dari apa yang telah kita lakukan.
Jangan melulu menyalahkan para orang kaya yang suka bermacet-macet ria dijalanan hingga menimbulkan polusi dan membuang begitu banyak energi minyak, jangan pula selalu menyalahkan pemerintah yang dinilai lamban mengatasi masalah2 seperti ini. Tapi coba dimulai dari diri kita sendiri. Janganlah menjadi generasi yang bisanya cuma saling tuding dan nyalahin orang lain. Mulailah dari diri kita, dari yang terkecil.
Coba kita cek perilaku kita sehari-hari dirumah. Menonton tv misalnya. Kadang di rumah, kita punya banyak sekali tv. Bahkan mungkin tiap2 anggota keluarga punya tv sendiri lengkap dengan home theathre, sound dll. Mungkin kita berpikir, "TV tidak berpolusi kan?". Tapi bisa dibayangkan berapa energi listrik yang terbuang dengan perilaku seperti itu.
Di Indonesia, listrik kebanyakan dibangkitkan dengan bahan bakar fosil (minyak dan batubara) yang mana
keduanya memiliki zat pencemar yang berbahaya, yang tidak hanya bisa menimbulkan polusi, tapi juga efek rumah kaca, yakni karbon dan sulfur.
Jadi jangan mengira, nonton tv tidak berpolusi, menyalakan mesin cuci tidak berpolusi. Bahkan pemborosan listrik tidak hanya berakibat polusi saja, tetapi juga membuat kita kehilangan banyak bbm yang stoknya makin menipis. Ingat, bbm itu bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak cucu kita....
Memang benar, segala kerusakan di dunia ini adalah karena ulah tangan manusia...
Global Warming sudah terjadi dan tengah terjadi..... Semoga saja bapak SBY dan para pemimpin dunia menyadarinya dan pertemuan di Bali besok bukan hanya ajang untuk reuni atau makan-makan, tapi ada hasil konkretnya..
Be Green and Peace for our Earth
0 Comments:
Post a Comment