Wednesday, September 10, 2008

MacGyver, Idola masa kecilku

Lagi-lagi nostalgia. Setelah nulis tentang Doraemon, sekarang aku pingin cerita tentang idola masa kecilku. Namanya Macgyver. Dia seorang tokoh fiksi di serial TV berjudul sama, Macgyver, yang diperankan oleh Richard Dean Anderson (Gila, aku masih inget nama si aktor ini. Sumpah, aku gak tanya si mbah google untuk mengingatnya). Masih teringat dengan lekat, dulu setiap hari Jumat malam, jam 20.00 kurang sepuluh menitan, aku pasti sudah stay tune di depan layer SCTV. Aku gak mau ketinggalan satu episode pun dari serial ini. Mungkin bagi teman-teman seusiaku merasakan hal yang sama, bukan?!?!?!

Macgyver digambarkan adalah seorang yang tidak hanya pandai, tetapi juga cerdik dan kreatif. Dalam memerangi segala macam kejahatan, Mac tidak pernah mau menggunakan senjata api. Bahkan ketika sebuah pistol tanpa sengaja tergenggam di tangannya, dia memilih untuk membuangnya. Ini semua karena masa lalunya yang kelam. Sebuah senjata api pernah membunuh temannya saat kecil.

Untuk melawan musuh-musuhnya, dia memanfaatkan kemampuannya dalam bidang Fisika dan Kimia. Bahan-bahannya pun seadanya. Didapatkan langsung dari tempat kejadian dimana dia berada saat itu, bisa di hutan, bisa di gudang (biasanya si Mac lagi disekap nih kalau berada di gudang), di kantor dan dimana saja. Hanya dengan memandang benda-benda yang terdapat di TKP, si Mac bisa langsung membayangkan ‘senjata’ apa yang akan dibuatnya dengan benda-benda itu dan sejurus kemudian segera membuatnya agar segera dapat digunakan untuk melawan musuhnya. Aksi penuh ide kreatif inilah yang membuatku dan banyak anak-anak seusiaku mengidolakan si Mac ini. Sampai saat ini, jika aku berhasil mereparasi barang-barang elektronikku yang rusak seperti misalnya radio, kamera ataupun handphone, aku selalu membayangkan diriku adalah Macgyver, he he he (Tapi kalau gak berhasil, aku bakal dimarahin habis-habisan sama Orang tua, ouch).

Selain dengan kemampuan fisika dan kimianya, senjata lain dari Macgyver adalah sebuah pisau lipat Victorinox yang mempunyai bermacam-macam mata pisau (Dulu aku pernah punya pisau ini, tapi sekarang gak tau dimana pisau itu berada, hiks). Pisau ini sangat berguna bagi si Mac baik itu untuk memotong maupun untuk membuka kunci.

Salah satu aksi Mac paling kuingat adalah saat menjinakkan sebuah bom waktu yang dipasang oleh seorang penjahat. Pada saat itu si Mac dihadapkan pada pilihan untuk memotong kabel merah atau biru. Jika salah potong, maka bom akan segera meledak saat itu juga. Aksi memilih kabel ini sekarang menjadi inspirasi berbagai macam film action seperti pernah diceritakan dalam satu episode film kartun Detective Conan.

Dalam bekerja, Macgyver dibantu oleh seorang rekan kerja yang paling setia bernama Pete Thornton, seorang pria gemuk dan berkepala botak. Dia adalah Direktur operasi di Phoenix Foundation, tempat Macgyver bekerja.

Selain rekan Macgyver juga punya musuh besar seperti pada film-film fiksi superhero lainnya. Musuh besar si Mac adalah seorang laki-laki cerdik bernama Murdoc. Si Murdoc ini musuh yang diceritakan tidak pernah gagal. Macgyver tidak pernah berhasil menangkapnya. Selalu saja, ketika si Murdoc ini hampir terbunuh ataupun Mac hampir berhasil menangkapnya, tiba-tiba dia berhasil meloloskan diri. Si Murdoc ini juga jago dalam hal menyamar serta merakit bom.

Nah, cerita tentang nostalgia kali ini cukup sekian. Lain kali disambung lagi.

Read More......

Monday, September 08, 2008

Berita Boombastis

Sabtu siang kemarin sebuah kabar bombastis kubaca dari running text sebuah stasiun televisi swasta yang katanya nomor satu di bidang media pemberitaan. Mata masih belum melek sempurna, nyawa masih belum lengkap, reflek tanganku memencet tombol on di remote tv. Klik, tipi menyala dan langsung masuk ke tv yang katanya nomor satu di pemberitaan itu. Sebuah running text tak sengaja ku baca dan membuatku terhenyak..

“… Jakarta kehilangan 200 MW karena PLTU Muara Karang Meledak….. “

‘Busyet Mkr (singkatan dari Muara Karang) meledak?’, batinku.

Segera aku keluar kamar dan menuju kamar salah seorang temen kos yang kebetulan juga rekan kerjaku di Mkr dan bertugas sebagai operator unit. Sebuah perbincangan terjadi. Dengan bahasa jawa tentunya, karena temanku juga wong jowo.

“Jeee, unit meledak ta??”

“Enggak, Cuma trafone Switch Yard sing meledak.”

“Ealah, tak kirone meledak je..”

“Nek meledak yow is rame Sur. Suarane pasti krungu soko kene.”

“Oh iyo yo.”

“Ngerti teko ndi Sur?”

“Gak iki mau tangi turu, nontok tivi, Moro-moro onok tulisan mlaku sing mberitakno nek PLTU Muara Karang meledak.”

“Wah, berlebihan beritae. Gak onok opo-opo. Cuman trafo meledak. Tapi efekke unit mati kabeh. Muara Karang black out lokal.”

“ooooo, yo wes, suwun Je.”

Dan percakapan itupun berakhir. Beberapa saat kemudian, hapeku berdering. Ternyata dari Ayahku. Beliau pun menanyakan hal yang sama. Tentang pemberitaan meledaknya PLTU MKR.

Ternyata televisi yang ngakunya nomor satu di bidang pemberitaan pun bisa salah menyampaikan berita. Mereka memang benar-benar gak tahu dengan permasalahan, atau memang sengaja membesar-besarkan berita supaya banyak yang nonton ya?? Kalau memang ga tahu, kenapa tidak cross cek dulu ke lapangan dan menanyakan dulu apa yang terjadi kepada nara sumber yang lebih ahli. Dalam masalah ini ahli kelistrikan misalnya.

Oke deh, begitu aja tulisan kali ini. Kepada pihak media pemberitaan, tulisan ini semoga bisa menjadi kritik untuk bisa lebih berkembang dalam menyampaikan berita yang lebih akurat.

Read More......
 

Copyright(r) by wongkentir