Friday, November 30, 2007

Awas.... Global Warming

Mungkin tulisan ini lagi hot-hotnya sekarang. Beberapa hari lagi, di Bali, para pemimpin negara di seluruh dunia akan berkumpul untuk membahas masalah ini. Tapi bukan itu yang menyebabkan gue pingin banget nulis ini. Tapi karena bencana banjir air laut pasang yang melanda jakarta utara beberapa hari kemarin, yang notabene juga menenggelamkan sebagian kantorku serta rumah senior2ku di kantor yang sebagian besar bermukim di perumahan pln muara karang.

Bencana memang tidak dapat diprediksi. Cuaca pagi itu sebenarnya cukup cerah. Bahkan matahari bersinar begitu terik. Tapi tiba-tiba saja salah satu tanggul penahan air laut yang terletak di perumahan warga mendadak jebol. Bisa dibayangkan, air laut segera mengalir membanjiri seluruh komplek. Alirannya tidak akan berhenti sebelum permukaan air yang ada di komplek rata dengan yang ada di laut (begitu kan sifat air).

Dari foto yang terpajang di tulisan ini bisa dilihat kondisi perumahan warga disaat kejadian itu terjadi.

Kondisi yang tentu membuat panik para pegawai senior2ku - termasuk manajerku - yang saat itu tengah sibuk dengan pekerjaannya. Mereka segera bergegas pulang untuk dapat membantu keluarganya yang ada di rumah menyelematkan sebagian dari barang2 yang bisa diselamatkan. Tapi mereka tidak bisa serta merta segera sampai di rumah. Kondisi banjir air laut, membuat mereka semua berpikir dua kali untuk mencapai rumah dengan kendaraan bermotor. Tahu ndiri kan, air laut sangat korosif.

Kejadian ini membuatku berpikir. Bagaimana mungkin seorang developer membangun unit pembangkit listrik dan perumahan warganya dengan letak hampir selevel dengan permukaan laut. Jadi bisa dibayangkan ketika air laut pasang dan tanggul tidak kuat menahan, maka pasti akan terjadi banjir.

Aku pun sempat menanyakan hal ini pada pegawai senior disana, dan jawabannya cukup mencengangkan. "Saat unit ini dibangun sekitar 28 tahun yang lalu (sekitar th 1979), letaknya sudah diukur dan ditinggikan hingga mencapai 2 m diatas permukaan laut."

Jadi intinya sejak tahun 1979 hingga 2007 sekarang, air laut telah naik sekitar 2 meter lebih. Ternyata efek rumah kaca seperti yang sering kudengar sejak SMP sudah terjadi. Bahkan baru-baru ini aku baca di koran, kenaikan permukaan air laut menjadi cepat sejak abad 21. Polusi sudah diambang batas dan lapisan ozone sudah semakin menipis menjadi penyebab utama mencairnya gunung-gunung es di kutub, yang pastinya membuat kuantitas air laut bertambah.

Kalau sudah begini, orang-orang pada saling nyalahin. "Elu sih buang sampah sembarangan", "Elu sih, sukanya naik mobil pribadi", "Elu sih pake motor 2 tak" dll. Menurut gue sih, jaman sekarang dah gak bisa saling nyalahin, karena ini memang sebuah akumulasi akibat dari apa yang telah kita lakukan.

Jangan melulu menyalahkan para orang kaya yang suka bermacet-macet ria dijalanan hingga menimbulkan polusi dan membuang begitu banyak energi minyak, jangan pula selalu menyalahkan pemerintah yang dinilai lamban mengatasi masalah2 seperti ini. Tapi coba dimulai dari diri kita sendiri. Janganlah menjadi generasi yang bisanya cuma saling tuding dan nyalahin orang lain. Mulailah dari diri kita, dari yang terkecil.
Coba kita cek perilaku kita sehari-hari dirumah. Menonton tv misalnya. Kadang di rumah, kita punya banyak sekali tv. Bahkan mungkin tiap2 anggota keluarga punya tv sendiri lengkap dengan home theathre, sound dll. Mungkin kita berpikir, "TV tidak berpolusi kan?". Tapi bisa dibayangkan berapa energi listrik yang terbuang dengan perilaku seperti itu.
Di Indonesia, listrik kebanyakan dibangkitkan dengan bahan bakar fosil (minyak dan batubara) yang mana
keduanya memiliki zat pencemar yang berbahaya, yang tidak hanya bisa menimbulkan polusi, tapi juga efek rumah kaca, yakni karbon dan sulfur.

Jadi jangan mengira, nonton tv tidak berpolusi, menyalakan mesin cuci tidak berpolusi. Bahkan pemborosan listrik tidak hanya berakibat polusi saja, tetapi juga membuat kita kehilangan banyak bbm yang stoknya makin menipis. Ingat, bbm itu bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak cucu kita....
Memang benar, segala kerusakan di dunia ini adalah karena ulah tangan manusia...
Global Warming sudah terjadi dan tengah terjadi..... Semoga saja bapak SBY dan para pemimpin dunia menyadarinya dan pertemuan di Bali besok bukan hanya ajang untuk reuni atau makan-makan, tapi ada hasil konkretnya..

Be Green and Peace for our Earth

Read More......

Friday, November 09, 2007

PPD 2010... Indonesia vs Syria....


Hari ini seneng banget. Harapan untuk nonton kembali pertandingan internasional timnas Indonesia di Jakarta kembali terwujud. Kali ini dalam rangka Pra Piala Dunia 2010.
Sejak beberapa hari sebelumnya aku sudah berkoar-koar kesana kemari, baik dari mulut ke mulut, maupun melaui email untuk ngajakin semua teman-temanku yang tengah berada di Jakarta untuk ngasih dukungan dengan nonton langsung di Senayan.

Sebuah email yang kutulis untuk minta dukungan teman-temanku

Rek....
Masih ingat dengan Ivan Kolev, Ponaryo, Bambang Pamungkas, Firman
Utina, Budi Sudarsono dkk? Masih Ingat dengan Timnas
Indonesia yang tampil gagah berani di Piala Asia Juli kemarin?

Aku yakin semuanya pasti masih ingat...... Masih terngiang di kepala, betapa menawan dan lugasnya permainan timnas di Piala Asia Juli kemarin.

Kita boleh gagal memenuhi target lolos dari putaran grup, tapi aku dan mungkin hampir seluruh rakyat Indonesia yang menyaksikan perjuangan mereka baik di televisi atau langsung di senayan sangat bangga. Kebanggan yang mungkin sudah lama hilang.

Tanpa koor dari dirigen, lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersama-sama 80 ribu suporter garuda di senayan dengan penuh khidmat (bahkan lebih dahsyat dari upacara bendera sekalipun). Sebuah pemandangan yang sampai sekarang membuat saya merinding jika mengingatnya... Dan diakui oleh banyak pemain termasuk kapten Ponaryo Astaman, pemain ke-12 inilah yang membuat timnas tampil trengginas di Lapangan


Rek,
Jumat Besok (9/11), Timnas Garuda akan kembali berlaga.
Kali ini eventnya Pra Piala Dunia 2010 2nd Round. Lawannya
Syria (Suriah). Kalau di peta letaknya disekitar Asia Barat. Dari daftar peringkat FIFA terbaru, Syria terdaftar di peringkat 126, satu level dibawah Indonesia yang di peringkat 125. Jaminan pertandingan seru pasti akan tersaji disini.


Rek,
Aku tahu kita semua kecewa dengan pengurus2 PSSI. Persetan dengan mereka semua. Mereka adalah tikus-tikus kotor yang merusak sepakbola kita. Kita boleh menghujat mereka, kita boleh melempar mereka dengan tomat busuk dsb.


Tapi,
Timnas Butuh dukungan. (Untuk sementara kita lupakan pssi dan pengurusnya yang gak karuan tingkahnya). Caranya, bagi yang tidak di
Jakarta, bisa lewat doa. Tapi bagi teman-teman yang kebetulan lagi di Jakarta, dimohon kedatangannya di Stadion Kebanggan kita, Gelora Bung Karno Senayan.

Meskipun akhirnya gagal mengumpulkan kekuatan, tapi ada satu kata-kata dri seorang teman yang membuatku semangat dan terharu

You'll never walk alone

We're already with you

Even if we can't stay with you

Grab those flag

And sing our song

It'll be enough

Sure enough

Hari ini aku dan teman-teman dari Muara Karang berangkat dengan kekuatan 8 orang. Tapi yang berangkat bareng dari kantor hanya 4 orang saja, yakni Aku, Boombox, Samsul, dan Dewi. Ternyata pertandingan timnas kali ini kurang diminati. Mungkin karena kurangnya promosi dari pihak terkait (baca : PSSI, red).

Pertandingan kali ini juga tampaknya akan diwarnai dengan demo suporter yang menuntut mundur ketua umum PSSI yang tengah masuk bui. Gimana nasib sepakbola Indonesia jika pemimpinnya aja kriminil. Tapi dasar PSSI gak tau diri. Udah jelas-jelas si Nurdin bersalah, eh tetep aja dibelain dan gak mau ngganti ketua. Dasar goblokkkk!!!

Sudah ah, aku males kalau ngomongin PSSI. Kita kembali ke topik semula, Timnas Indonesia.

Pukul 4 teng, setelah pulang kantor, kami pun bergegas menuju Gelora Bung Karno. Dengan rute menuju stasiun kota terlebih dahulu, untuk kemudian berpindah naik busway. Tiket sudah ditangan. Aku dan Ryan sudah membeli beberapa jam sebelumnya. Kategori 4, harga 10.000. Harga yang cukup murah untuk sebuah partai internasional. Tiket kelas ekonominya ligina aja minimal 15 ribu rupiah untuk tim besar sekelas Persebaya, Persija ataupun Persita.

Setelah sholat maghrib, kami pun segera bergegas menuju Stadion. Disana kami bergabung dengan 30 ribuan supporter yang sudah bergemuruh. Wajah mereka penuh keceriaan dan percaya diri bahwa kali ini timnas akan mampu memukul Syria yang peringkat FIFA-nya saat ini satu strip dibawah kita.

Tapi 2 jam kemudian keadaan menjadi berbeda. Di luar dugaan, timnas kehilangan fighting spiritnya. Hilang sudah kenangan indah Piala Asia yang baru beberapa bulan lalu lewat. Markus Horison yang dielu-elukan di penghujung Piala Asia kemarin ternyata jadi pesakitan. 4 Gol bersarang di jalanya dan salah satunya karena blundernya yang fatal. Kordinasi lini belakang yang kacau balau dan ini sudah cerita lama timnas yang turun temurun dari generasi ke generasi.

Lini tengah dan depan masih cukup lumayan lah, sayangnya penyelesaian terakhir Bambang Pamungkas sangat buruk. 2 kali peluang emas tinggal berhadap-hadapan dengan kiper terbuang percuma. Padahal keadaan saat itu masih 0 – 0. Andai saja 2 peluang emas tersebut bisa diwujudkan, tidak mustahil keadaan bisa berubah. Tapi mungkin ini juga adalah salah satu yang membuat mental timnas runtuh. Saat tengah asyik menyerang dan menciptakan banyak peluang dengan konfidensi tinggi, eh tiba-tiba satu serangan balik cepat dari Syria berakhir dengan gol yang sangat mudah.

Runtuhlah mental timnas, dan gol demi gol Syria bersarang dengan begitu mudah.

Yah apa mau dikata, timnas sudah kalah. Meski peluang masih ada leg kedua di Damaskus, minggu depan, tapi sangat-sangat kecil. Berat sekali untuk mengejar defisit 3 gol di kandang lawan dengan dukungan suporter yang sangat banyak.

Menyesal? Pasti. Karena pasti masih sangat lama menunggu event internasional dimana timnas Indonesia bertanding didalamnya dan diselenggarakan di Jakarta. Hiks, hiks

“Gagal maning, gagal maning Son.“

Tapi meski gagal dan gagal, aku tidak akan lelah mendukungmu Garuda. Kutunggu lagi kiprahmu, dan jangan kuatir, aku akan selalu menyertaimu....

Hiduplah Indonesia Raya!!!!


Read More......

Monday, November 05, 2007

Save The Angklung

Di usia yang sudah 24 tahun, baru bulan November ini gue menginjakkan kaki di kota Bandung. Jika bicara tentang Bandung, orang selalu berbicara tentang FO, Kartika Sari, Cihampelas, dan tidak ketinggalan pastinya Neng-nengnya yang geulis-geulis. Tetapi bukan itu semua yang bikin gue terkesan dengan kota yang dapat julukan Paris Van Java itu.

Saat ke Bandung kemarin, gue dan rombongan dari PJB UP Muara Karang berkunjung ke sebuah tempat wisata budaya yang diberi nama saung angklung Udjo. Awalnya banyak peserta yang sudah antipati dengan tempat ini. Mereka berpikir acara yang disajikan di tempat ini bakal ngebosenin abis. Gue sampai bingung menanggapi berbagai pertanyaan peserta. “Ada apa sih di Mang Udjo? Kenapa gak mending belanja di FO aja. Kalau ke Bandung tujuannya kan wisata belanja? Kalau harus ke Mang Udjo, kapan belanjanya?“ dsb.

“Pokoknya asyik deh Pak, Bu,“ gitu aja jawaban gue sambil bercanda. Lha harus gimana lagi gue ngejawabnya. Kesana aja belum pernah. Gimana gue bisa nggambarin keadaan disana. Gue cuman berharap, semoga disana benar-benar ada kejutan yang bisa bikin mereka gak nyesel datang kemari.

Dan begitu acara di Mang Udjo yang berdurasi selama 2 jam berakhir, harapan gue bukan hanya terkabul, tapi super-super terkabul. Bukan cuma satu, dua kejutan yang gue dan penonton yang lain dapat, tetapi berkali-kali, hingga rasanya benar-benar sangat puas. Lebih puas lagi ketika orang-orang yang tadinya dah antipati akhirnya jadi ikutan seneng.

Acara di sana diawali dengan pertunjukan wayang golek. Eh, ternyata acara yang sering gue lewatin waktu ditayangin di tipi itu benar-benar menarik. Banyak penonton yang ketawa ngelihatnya. Terutama waktu si cepot beraksi. Wah seru banget deh pokoknya.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan kirab seorang anak kecil yang diangkat dengan tandu oleh beberapa orang dewasa. Dibelakangnya, mengekor berpuluh-puluh anak-anak kecil yang bermain-main dengan ceria. Ada yang main egrang, menari-nari hingga mainan angklung. Sempet ketawa waktu ada celetukan dari belakang, “Lho-lho, anak kecilnya banyak banget. Anak siapa aja ya?“

Suasana pun jadi lebih ceria, ketika anak kecil yang dikirab itu turun dari tandunya dan ikut berjoget-joget. Banyak yang gemes dengan tingkah laku anak kecil yang menurut perkiraan gue masih berusia sekitar 2 tahun itu. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha untuk mencolek dan mencubit saat anak kecil itu mendekat ke penonton.

Kemudian acara dilanjutkan dengan permainan angklung dari puluhan anak-anak didik junior saung angklung udjo. Usia mereka berkisar antara 2 hingga 10 tahun. Mereka memainkan medley lagu-lagu daerah nusantara mulai dari Bungong Joempa, Jali-jali, hingga Yamko rambek yamko. Kali ini bukan hanya decak kagum yang keluar dari mulut para penonton, tetapi ada juga yang gue liat sampai meneteskan air mata. Beberapa dari mereka terharu atas semua yang ditontonnya ini.

Puncak acara adalah saat semua penonton yang ada dipanggung dipinjami masing-masing satu angklung yang sudah ditempel angka yang nunjukin tangga nada dari angklung tersebut. Dan dengan bantuan dirigen salah seorang putera dari almarhum Mang Udjo, pendiri Saung Angklung Udjo ini, gue dan para penonton semua memainkan beberapa buah lagu. Mulai dari lagu Indonesia seperti Lagu surgamu dari ungu, lilin kecilnya Chrisye hingga lagu-lagu internasional seperti I Have A Dream, Cant Help Falling in Love dan lain-lain.

Gue benar-benar larut dalam kebahagiaan dan terharu. Apalagi ketika sang dirigen berulang kali menyerukan kalimay, “Kita harus menjaga angklung ini dari klaim negeri tetangga, Malaysia. Kita harus melestarikan kebudayaan kita ini dan membuktikan pada dunia bahwa Angklung is Indonesia“

Ya benar, kita harus menyelamatkan alat musik yang sederhana tapi hebat ini dari tangan orang lain. Kalau bukan kita sendiri, siapa lagi....

Acara ditutup dengan pertunjukkan orkestra Angklung oleh beberapa murid-murid saung Udjo yang sudah senior. Ternyata hanya dengan angklung, bisa dihasilkan melodi yang luar biasa indahnya. Gak kalah deh sama orkestranya Addie MS ataupun Dwiki Dharmawan. Ck ck... keren banget. Dan itu bukan gue aja yang ngerasa. Begitu acara selesai, banyak yang menyalami Pak Sunoto selaku ketua panitia acara ini. Mereka tampak sangat puas.

Satu lagi dari Bandung yang tidak bisa kita lupakan selain FO dan wisata belanjanya. Disini kita punya kesenian daerah yang luar biasa hebatnya. Angklung. Dan untuk melestarikannya bukan hanya tanggung jawab Saung Udjo, tetapi gue dan elo-elo semua.

Come on Guys, we save angklung and show to the world that Angklung is from Indonesia


Read More......
 

Copyright(r) by wongkentir