Tuesday, July 31, 2007

The Grand Final Iraq vs Arab Saudi

Piala Asia sudah berakhir bagi Indonesia. Tetapi buat aku, partai final tampaknya sulit sekali untuk ditinggalkan. Bagaimanapun juga, sebuah kejuaraan yang ditunggu-tunggu adalah partai finalnya. So, meski harga tiket tidak diturunkan seperti partai perempat final, aku tetap pingin banget nonton. Kali ini timku hanya 3 orang, aku, mas Indra Budi sama Dewi yang maksain pingin ikut. Katanya sih pingin ngerasain nonton langsung pertandingan sepakbola.


Sebenarnya tim yang bertanding diluar keinginanku. Aku seh pingin nonton Jepang, ngelihat aksinya Shunsuke Nakamura sama Naohiro Takahara. But, mau gimana lagi, Jepang sudah menyerah sama Arab di semi final, dan aksinya hanya bisa disaksikan langsung oleh saudara2 sebangsaku di palembang.

Awalnya aku merasa partai final ini akan sepi penonton. Tapi di luar dugaan, ternyata ada sekitar 60000 penonton yang hadir (data dari afc). Sejak berangkat dari kos, aku sudah memutusan untuk menjadi supporter Iraq. Harapan agar sebuah negeri 1001 malam yang damai jika timnas Iraq juara serta sakit hati saat timnas dikalahkan arab Saudi di pertandingan grup menjadi motivasiku mendukung iraq.

Finalnya benar-benar seru. Gak rugi nonton langsung. Meski bukan timnas indonesia yang bermain, atmosfer pertandingannya masih terasa. Hampir semua penonton Indonesia ternyata sehati denganku. Mereka kebanyakan mengalihkan dukungannya ke Iraq. Sorakan Iraq! Iraq! Terus bergema di stadion yang membuat timnas Iraq serasa bermain di kandang sendiri. Bisa dibayangkan betapa semangatnya tim Iraq begitu mengetahui dukungan pendukung tuan rumah dialihkan untuk mereka.

Tak ayal, begitu kick off dimulai, mereka langsung memainkan permainan menyerang seperti layaknya tim yang bermain di kandang sendiri. Permainan pendek dari kaki ke kaki serta ditambah lagi dengan aksi dua bek gundul, Basim dan Jasim yang berulang kali bersalto membuat para penonton semakin bersemangat mendukung Iraq.

Tapi sayang, hingga babak pertama usai, kedudukan masih sama kuat 0 – 0. Di babak kedua, permainan masih dibawah kendali Iraq. Akhirnya setelah menunggu selama 73 menit, gol itupun dating. Berawal dari tendangan sudut, kapten Younis Mahmoud yang tak terkawal langsung menyundul bola dan goll. Cukup satu gol bagi Iraq untuk menjadi juara baru Asia.

Penonton tampak sangat puas. Apalagi pesta akbar sepakbola asia 4 tahunan itu diakhiri dengan pesta kembang api yang sangat indah. Senyum mengembang juga tampak dari wajah presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Meski sempat ada insiden lucu saat paspanpres berusaha mengeluarkan presiden dari kerumunan pemain iraq yang berpesta. Beliau tampak sangat puas dan bangga Indonesia berhasil menggelar final dengan sukses. Ketakutan bahwa partai final ini akan spei penonton ternyata tidak terbukti.

Selamat tinggal pesta Piala Asia. Entah kapan lagi kita bisa menggelar event besar seperti ini. Maju terus sepakbola Indonesia.

Read More......

Thursday, July 19, 2007

Indonesia vs Korea

Pertandingan ini Indonesia melawan Korea Selatan ini dilangsungkan hari rabu jam ½ 6 sore. Awalnya aku niatnya nontonnya pulang jam kantor langsung.


Tapi ternyata Boombox dan Bram berpendapat lain. Saran mereka,
jam 3 sore kami sudah harus keluar dari kantor, agar kebagian tempat duduk, tidak ketinggalan mendengar lagu kebangsaan dan juga kick off. Boombox dan Bram belajar dari pengalaman waktu nonton pertandingan Indonesia melawan Bahrain kemarin. Saat mereka tiba di stadion, pertandingan sudah dimulai

Alhasil tepat jam 3 sore, kami pun langsung bergegas ngabur dari kantor. (Dosa gak ya, kan niatnya kabur dari ngantor gak untuk main2 juga, tapi untuk dukung timnas. Semoga Allah mengampuni dosaku ini, amien).
Tepat jam 4 sore kami pun tiba di pelataran stadion setelah menempuh perjalanan dengan kopami 02 dan berpindah ke bus transjakarta dari stasiun kota. Setelah sholat ashar, kami pun segera masuk stadion.
Awalnya ada niatan cari-cari kaus lagi karena ada pesenan dari teman untuk mbeliin kaus, tapi berhubung pertandingan akan dimulai sesaat lagi, kami pun buru-buru masuk stadion. Kekuatan tim kami hari ini kembali jadi 5 orang, aku, bang napi, boombox, bram n mas indra budi. Untuk kali ini kami mencoba untuk suasana baru, jadinya kami memilih sektor 22 sebagai lokasi menonton.


Ketika lagu Indonesia
raya di kumandangkan, serentak tanpa perintah protokoler dan dirigen semua penonton berdiri dan ikut menyanyikan lagu Indonesia raya. Suasana yang mengharukan. Mataku sampek berkaca-kaca. Bahkan seorang anak punk di belakangku sempat meneteskan air mata. Bukti bahwa sepakbola bisa mempersatukan kita.



Pertandingan tampak berat sebelah. Awalnya
sempet kaget begitu melihat seorang markus horison yang dipercaya Ivan Kolev menjaga gawang merah putih, tetapi ternyata itu keputusan yang tepat. Gawang Tim Garuda tampak kokoh dikawal si markus. Serangan korea benar-benar membuat ketar-ketir. Dan akhirnya satu gol pun bersarang ke gawang Indonesia. Bukan sepenuhnya kesalahan si Markus, karena bola tendangan si korea sempat membentur dulu tubuh M Ridwan sehingga bola arahnya menjadi tak terduga. 1 – 0, dan itu bertahan hingga akhir pertandingan. Semuanya kecewa.

Penonton kecewa, bahkan tak sedikit yang menangis. Para pemain terkulai lemas di lapangan.
Dari layar yang terdapat di stadion, aku bisa melihat wajah sayu Markus Horison dan M Ridwan. Hanya Bambang Pamungkas yang tampak tegar. Sang deputi kapten ponaryo astaman itu tampak mengangkat rekan-rekannya yang terkulai. Sebuah adegan yang memilukan.

Tapi kekecewaan penonton hanya beberapa menit saja.
Setelahnya mereka semua berdiri. Sebuah standing ovation dengan disertai tepukan dan sorakan membahana “INDONESIA, INDONESIA!!!!!!“ diberikan oleh para penonton dengan penuh kebanggaan. Kelihatannya semua penonton di GBK sepakat, i
nilah kali pertama kami semua bangga dengan timnas garuda setelah beberapa tahun lamanya tidak berprestasi. Kali ini memang untuk kesekian kalinya tim garuda tidak berprestasi, tapi dari segi permainan dan semangat juang, tim ini mempunyai prospek yang sangat cerah. We all proud of you guys.


Thanks Yandri, Ridwan, Charis, Maman, Richardo, Ponaryo, Eka, Syamsul, Mahyadi, Firman, Budi, Ellie, Bambang, Markus, Feri, Ismed, Erol, Atep dan Kolev. Good Job!!!

Read More......

Sunday, July 15, 2007

Indonesia vs Saudi Arabia On AFC Asian Cup 2007

Akhirnya aku bisa nonton langsung Piala Asia. Rasanya seneng banget. Empat hari yang lalu aku telah melewatkan pertandingan pertama Indonesia melawan Bahrain. Padahal tiket sudah ditangan karena sudah pesan jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi virus (atau bakteri ya) typhus telah membuatku tak berdaya dan tak sanggup untuk mendukung timnas.

Pertandingan dimulai jam ½ 8 malam, tapi aku dan temen2 sudah berangkat dari kos ketika waktu masih menunjukkan jam 4 sore. Rencananya kami mau cari2 kaus dan syal Indonesia untuk lebih bersemangat mendukung timnas. Kekuatan kami saat itu 7 orang, Surya, Fajar, Bang Napi, Boombox, Mas Indra Budi, serta 2 teman Bang Napi yang datang langsung dari Solo ke Jakarta yakni Qomar dan Saiful.

Setengah jam kemudian kami sudah sampai stadion. Diluar dugaan, stadion sudah sangat ramai. Butuh waktu ½ jam untuk berburu kaus dan syal seharga rata2 25 ribu rupiah. Pengamanan stadion sangat ketat. Ada 3 pintu yang harus dilalui oleh penonton untuk bisa masuk stadion.

Yang pertama pintu masuk komplek stadion. Kami bertujuh masuk lewat pintu timur, yang lebih dikela pintu TVRI karena lokasinya di dekat TVRI. Suasana di pintu sudah sangat ramai. Apalagi disamping pintu itu terdapat tiket box yang tiketnya sudah ludes. Sementara antrian sendiri masih terus bertambah karena mereka tampaknya masih tidak percaya tiket sebanyak itu bisa ludes dalam waktu singkat.

Sulit sekali rasanya untuk menerobos kerumunan antrian itu. Apalagi beberapa dari mereka sudah mulai banyak yang frustasi dan emosional karena sudah antri sejak pagi. Untunglah beberapa petugas keamanan cukup sigap. Begitu tahu kalau kami sudah memiliki tiket, mereka langsung mengamankan kami agar bisa masuk ke komplek stadion. Sebelumnya badan kami diperiksa dan tas-tas digeledah untuk mencari barang-barang terlarang yang berpotensi sebagai biang kerusuhan.

Cek tiket terjadi lagi di pintu masuk pelataran stadion. Penggeledahan untuk kedua kalinya terjadi lagi. Kami bertujuh berfoto-foto sejenak didepan stadion. Suasana di pelataran sedikit lebih lengang daripada di halaman tempat kami membeli kostum dan syal tadi. Ini karena yang bisa masuk sini hanya penonton yang telah bertiket.

Puas berfoto-foto, kami masuk stadion. Disini aku, bang napi, fajar, boombox dan mas indra harus berpisah dengan Qomar dan saiful, karena kami berlima tiketnya kategori 4, sedangkan mereka kategori 2.

Kami masuk lewat sektor 13. Dan ternyata disana penonton sudah ramai. Untuk kategori 4, sektor 12 dan 13 memang sektor paling ramai karena mempunyai luas pandangan paling bagus. Sektor 12 dan 13 tepat berada di tengah stadion. Gegap gempita sudah terasa meski pertandingan masih 2.5 jam lagi.

Pertandingan sendiri berlangsung seru dan menegangkan. Arab mencetak gol lebih dulu lewat Yaseer. Seketika itu peonton di GBK pun terbungkam. Tapi beberapa menit kemudian stadion bergetar lagi setelah Elie Aiboy mencetak gol penyama. Setelah itu permainan menjadi berimbang. Pemain ke-12 Indonesia tak henti-hentinya bernyanyi, berteriak untuk mendukung timnas.

Babak kedua, kami dibuat spot jantung oleh permainan Arab yang agresif. Yasser dan Malek terus-terusan menebar ancaman buat gawang Indonesia. Detak jantung sempat terhenti ketika melihat Yasser berlari sendirian berhadapan dengan Yandri Pitoy, tetapi untung sebuah tekel bersih dari Maman Abdurrahman menggagalkan peluang Arab. Lega sesaat.

Tapi pada akhirnya kami semua kecewa. Sebuah gol di babak injury time menggagalkan 1 poin yang sudah didepan mata. Belum lagi keputusan wasit Al Badawi yang sangat kontroversial dan bikin hati ini kesal. Lha iya, kok bisa-bisanya AFC milih wasitnya dari sesama Negara Arab.

Meski kecewa, kami semua bangga pada tim. Terus terang, meski kalah baru pertama kali ini aku merasa bangga dengan timnas Indonesia. Rasanya terharu banget melihat perjuangan yang tak kenal lelah dari para pemain.

Yah, meski kalah masih ada kesempatan untuk membuat sejarah lolos ke perempat final. Cukup seri dengan rep korea sudah cukup, tetapi mampukah timnas menahan gempuran Rep Korea? Yah kita harus optimis!


Read More......
 

Copyright(r) by wongkentir